Bulan
Ramadhan kembali dihamparkan dengan segala keutamaan dan keberkahan yang
bertaburan disetiap titian detiknya. Semoga kita semua masih diberikan umur,
kesehaan dan ketetapan Iman yang semakin meningkat kualitasnya untuk melebur
dalam ‘pesta’ sepanjang bulan Ramadhan. Dan Bismillahirrahmaanirrahiim turut belajar untuk menuliskan artikel
seputar dan terkait dengan Bulan suci Ramadhan, maka inilah tema yang saya
ambil “Ramadhan sebagai Nikmat terbaik?”.
Kita punya kesempatan untuk meraih kenikmatan tersebut, tekadkan yang kuat dan
murnikan niat untuk memenuhkan diri dengan nikmat yang disediakan tanpa jeda
dan berkali lipat dalam jamuan Ramadhan.
“ Telah datang kepada kalian bulan suci Ramadhan, bulan
penuh berkah, Allah telah mewajibkan kamu berpuasa Ramadhan, pada bulan ini
pintu-pintu langit dibuka dan pintu-pintu jahanam ditutup, tangan-tangan syetan
dibelenggu dan di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari pada seribu
bulan, maka barangsiapa yang dijauhkan darai kebaikannya, maka benar-benar
telah dijauhkan [HR. Ahmad]".
Oleh
karena itu, marilah kita sambut dengan rasa syukur dalam pembuktian laku diri,
ibadah dan perbuatan-perbuatan lainnya yang membawa kita pada pencapaian nikmat
tiada tara tersebut. Allah SWT memberkahi orang-orang mukmin, makanan dan
minuman mereka jadi berkah, meski sedikit tetapi mengenyangkan dan
menghilangkan dahaga. Harta dan shodaqoh berkah yakni ditambah dan diperbanyak,
pendekatan diri dan amal-amal baik pun dilipatgandakan. Pintu langit telah
dibuka untuk ujabahnya doa, neraka telah ditutup untuk memberi harapan dan
keyakinan para pelaku dosa, syetanpun dibelenggu hingga kaki menjadi ringan untuk
melakukan ketaatan kepada Alalh SWT. Imam Thabrani meriwayatkan sebuah hadist
dari Ubadah bin Shamit ra, yang menyatakan bahwa suatu hari di bulan Ramadhan,
Rosulullah SAW bersabda:
“ Telah datang bulan
Ramdhan kepada kalian bulan barakah yang di dalamnya Allah mendatangi kalian.
Maka turunlah rahmat. Dan dihapuskanlah kesalahan-kesalahan. Dan di bulan itu
Allah melihat [memperhatikan] perlombaan diantara kalian. Dan Allah
membanggakan kalian kepada para malaikat-NYA. Maka perlihatkanlah kepada Allah kebaikan
kalian, sebab orang yang celaka adalah orang tidak mendapat rahmat di dalamnya “
Dari
hadist tersebut, seakan-akan Rosulullah SAW menyampaikan kepada kita “Turunlah kalian di arena perlombaan super
akbar ini dengan penampilan paling prima”. Dan memang inilah kesempatan
kita memecahkan rekor-rekor dalam cabang-cabang amal sholih, dalam
bidang-bidang ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT, baik yang bersifat
ritual maupun amal kebajikan dalam keluarga dan masyarakat. Kenikmatan bulan
Ramadhan adalah dilipatgandakannya pahala amalan sholih seorang muslim
sebagaiman terdapat dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah,
antara lain disebutkan bahwa Rosulullah bersabda:
“ Siapa saja yang
mendekatkan diri kepada Allah dengan perbuatan baik [sunnah] pada bulan
Ramadhan, [ia diganjar pahala] sama seperti menunaikan kewajiban [fardhlu] di
bulan lain. Siapa saja yang menunaikan kewajiban [fardhlu] di bulan Ramadhan,
[ia diganjar pahala] sama dengan orang yang mengerjakannya 70 kali kewajiban
tersebut di bulan lain”.
Bila
demikian, apalagi yang membuat kita enggan dan beralas-alasan untuk tidak turut
serta dalam perlombaan berburu laksa nikmat berlipat di bulan Ramadhan? Sungguh
Maha Pemurah Allah SWT, tak hanya memberikan satu bulan penuh ampunan dan
rahmat, tapi juga memberikan satu malam istimewa yang nilainya lebih baik dari
1000 bulan.
“ Tahukah engkau
apakah malam Lailatul Qodr itu? Malam Lailatul Qodr itu lebih baik dari seribu
bulan, pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan Jibril atas iin Allah,
Tuhan mereka [untuk membawa] segala urusan, selamatlah malam itu hingga terbit
fajar [ Al-Qadr: 2-5 ]”
Maka
mari sama-sama merenungkan, dimanakah kita selama ini saat Allah SWT membukakan
malam istimewanya kepada hamba-hambaNYA? Pegalaman yang kita lihat, bisa kita
golongkan dalam beberapa klasifikasi dalam semangat ibadah bulan Ramadhan,
antara lain:
- Semangat
ibadahnya dari awal hingga akhir tidak ada kecuali sedikit saja. Dia tidak
memanfaatkan kesempatan terbukanya pintu rahmat dan ampunan dan
menempatkan dirinya dalam kerugian.
- Semangat di awal
dan lemah di akhir Ramadhan, fenomena ini yang jamak kita jumpai di
sekitar kita. Shaf-shaf jamaah dan sholat tarawih semakin ‘maju’ sedangkan
pusat perbelanjaan semakin semarak sebagai arena perburuan untuk berbagai
keperluan ‘material’ menyambut Idhul Fitri. Sungguh pemandangan yang
sangat menggelikan [sekaligus
menyedihkan], saat para malaikat berbondong-bondong turun ke bumi,
justru sebagia besar dari kita sibuk safari mall. Turunnya semangat ketaatan
bisa menjadi tanda-tanda tidak berhasilnya Ramadhan kita karena sejatinya
amal yang baik dan benar akan menumbuhkan iman, sedangkan iman yang benar
akan ditambahkan iman dua kali lipat oleh Allah SWT. Kalau iman sudah
berlipat, bagaimana mungkin amal ibadah malah menurun?
- Mengejar
Lailatul Qadr secara pragmatis. Seruan Rosulullah untuk mengejar Lailatul
Qadr pada malam-malam ganjil ditanggapi secara pragmatis, yaitu kalau
tidak malam ganjil kita enggan bersungguh-sungguh memanfaatkan malam-malam
Ramadhan dengan penuh ketaatan. Padahal konteks yang disampaikan
Rosulullah adalah agar kita menambah lagi amal ibadah dari yang sudah
banyak menjadi lebih banyak dan baik lagi. Karena salah satu hikmah dan
maksud adalah agar kita lebih serius dan khusyu’ pada semua malam
Ramadhan.
- Menuju jamuan Lailatul Qadr dengan kesungguhan iman, ibarat kita akan menghadiri undangan pesta dari presiden, karena pentingnya acara tersebut maka segala sesuatunya sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Pengawal pintu gerbang Lalilatul Qadr adalah diri kita sendiri, hawa nafsu kita. Bila tidak melakukan persiapan yang maksimal sejak jauh-jauh hari, maka hawa nafsu kita seolah-olah menahan kita untuk menegakkan ketaatan di sepuluh malam Ramadhan yang terakhir. Jadi jangan salahkan siapa-siapa jika tiba-tiba kok berat rasanya menegakkan ibadah di malam hari.
Selain
berlaksa nikmat dan janji berlipat pahala, saat puasa dilaksanakan juga BUKAN
alasan untuk menurunkan produktifitas keseharian. Sejarah mencatat banyak
peristiwa heroik yang ditorehkan saat bulan Ramadhan sebagi bukti betapa Bulan
Puasa tidak menghalangi untuk membukukan kesuksesan jihad yang gemilang. Termasuk
juga jihad fi sabilillah, sebagaimana yang dilakukan Rosulullah SAW bersama para
sahabatnya. Perang dengan kaum quraisy pertama kali adalah perang Badar terjadi
pada Ramadhan 2Hijriyah, Berhasil menjebol pertahana terkahir kaum Yahudi di
Khaibar pada Ramadhan 6H. Peristiwa bersejarah lainnya yang dibukukan saat
bulan Ramadhan adalah: pembebasan pulau Rhodes dari Byzantium [653 M],
pembebsan Andalusia [710 M], kemenangan pasukan Shalahudin al-Ayyubi dalam
perang Hiththin [1187 M], keberhasilan pasukan pimpinan Qutuz dalam perang ‘Ain
Jalut [1260 M] dan banyak peristiwa fi sabilillah lainnya yang teerjadi pada
bulan Ramadhan merupakan bukti para pendahulu kita yang telah menggoreskan
kesungguhannya dalam meraih kemuliaan di bulan Ramadhan dengan tinta emas. Dan
bukankah Proklamasi Republik Indonesia juga dikumandangkan di bulan Ramadhan
1365 H?
Maka
JANGAN berhenti bertaat-taat hanya hingga
takbir [idhul fitri] berbunyi. Karena inilah tanda rasa syukur akan nikmat atas
keberkahan Ramadhan. Rasa syukur itu yang akan menghadirkan nikmat ibadah di
luar bulan Ramadhan sehingga Allah SWT akan menambahkan nikmat dan berkahNYA
kepada kita. Rasa syukur itu pula yang akan membuat kita menjadi insan yang
mulia sebab kita InsyaAllah menerima keutamaan dari sifat-sifat mulia Allah
SWT. Dan hati orang-orang yang telah suci, kelak akan dipanggil-NYA sebagaimana
kekasih memanggil yang dicintai-NYA.
“ Hai jiwa yang
tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridahi-NYA. Maka
masuklah ke dalam jama’ah hamba-hambaKU, masuklah ke dalam surga-KU [ QS.
Al-Fajr: 27-30] ”
Ya
Allah dengan ridhaMU berikalnlah pada jasmani dan ruhani kami untuk
meyempurnakan ketaatan di bulan Ramadhan hingga kami peroleh sebaik-baiknya
nikmat yang mengokohkan keimanan dan ketaqwaan kami. Selamat menyambut dan menjalankan ibadah di
Bulan Ramadhan, mohon maaf lahir dan bathin dan semoga kita semua termasuk ke
dalam golongan umat yang mendapatkan kerberkahan serta keutamaan bulan suci
yang dimuliakan [Ramadhan].
0 comments:
Post a Comment
Berkomentar ataupun silent reader, tetap terima kasih telah singgah di Serat Pelangi. Tapi harap maklum jika komentar bersifat SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublish ya...So, be wise and friendly.