Dunia si Sal bekicot hanyalah petak sawi. Padahal
menurut kabar si belalang, kebun ini luasnya 1000x petak sawi.
“ Ayo keliling kebun,” ajak Sal pada cacing-cacing. “
Kita lihat segalanya di luar sana !”
“ Kau mengigau, ya?”
kata Bas. Perlu semur hidup untuk keliling kebun tahu ?”.
“ Kau tak bisa pergi jauh,” ejek Ram. “ Semua tahu
kau sangat lambat “.
Sal sedih, teman-temannya tidak mendukung dan tidak
menyemangati. Ah, biarlah, dia bisa berkelana sendiri. Dengan bertentakel tegak,
Sal mulai merayap. Tekad baja membuatnya sampai di pintu rumah petani. Sal
terus meraya naik. Tiba-tiba pijakannya bergerak. Sal melekat erat, memejamkan
mata. Setelah takutnya mereda, dibukanya mata. Wouw ! Dia tinggi di atas ! Di
bawah tampak petak sawah. Dilambaikan tentakelnya pada cacing-cacing tapi
sayangnya mereka tak melihatnya. Sulit membuat mereka percaya nanti. Bahwa dia
menjelajah kebun menunggang caping anak petani.
Anak
petani mengencangkan capingnya dan siap bekerja di sekeliling kebun, memberi
makan ayam dan bebek kemudian mengumpulkan telur. Memetik buah dan sayuran. Sal
menikmati petualangannya. Si ayam Jago berusaha mematuknya ketika anak petani
membungkuk. “ Haaa, luput! Siapa yang mau jadi santapanmu?” teriak Sal.
Anak
petani kembali ke petak sawi. Mau apa dia? Ya ampun, dia mennagkap cacing dan
memasukkannya ke dalam kaleng. Dia hendak memancing di kolam. Caping dan kaleng
diletakkan di atas batu. Sal beringsut menggulingkan kaleng. Semua cacing
keluar, termasuk Bas dan Ram. Mereka terkagum-kagum melhat Sal.
Anak
petani pun tak jadi mancing karena umpannya hilang, dia mengenakan capingnya.
Tak sadar Sal kembali menumpang, kali ini untuk pulang. Keliling kebun dalam 80 menit pun
selesai.
Note: dinarasikan kembali dari Oase, Zona Anak.
0 comments:
Post a Comment
Berkomentar ataupun silent reader, tetap terima kasih telah singgah di Serat Pelangi. Tapi harap maklum jika komentar bersifat SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublish ya...So, be wise and friendly.