Salah Masuk Kelas

Bismillahirrahmaanirrahiim pada jaman dahulu kala di suatu pagi saat masuk sekolah, hal memalukan yang tak terlupakan saya alami. Baiklah, setelah bernostalgia sedikit dengan MADING SEKOLAH, sekarang tentang kisah konyol yang bikin saya pertama kali mengalami apa yang disebut merasa malu itu. 

Orang tua akhirnya memutuskan untuk memasukkan saya ke SD walaupun umur anaknya ini masih sekitar 6 tahun. Apalagi saat itu, “test” untuk masuk SD kan lucu: bila tangan bisa menyentuh daun telinga secara melalui atas kepala. Jadi gak ada masalah untuk bisa masuk sekolah SD kala itu. Daripada saya TK dan tiap hari harus ada yang menunggui hingga pulang sekolah. Kalau hanya permulaan saja, masih bisa di toleransi. Lha sudah hampir 3 bulan di TK, saya masih saja kolokan gak mau ditinggal sendirian. Secara, kakakku semua sekolah juga dan ortu kan harus kerja di sawah.

Keputusan menyekolahkan saya di SD pun dengan bulat diambil dengan pertimbangan sudah ada dua kakak saya di sekolah tersebut. Sehingga tiap hari tak perlu pusing tujuh keliling untuk bikin strategi agar saya mau berangkat sekolah. Cukup berangkat bareng dan pulangnya gampanglah, bisa di anterin oleh kakak saya secara bergantian. Toh kelas 1 SD pulang jam 9 dan bertepatan dengan jam istirahat.

Hingga beberapa bulan kemudian (lupa tepatnya berapa bulan), ada program renovasi di SD II. Oia, di desa saya ada 3 sekolah dasar, namanya SD I, SD II dan SD III. Jangan tanya kenapa sampai ada 3 SD di satu desa sedangkan di desa sebelah tak ada SDnya sama sekali.
Cerita Anak SMA yang lucu
Dalam masa renovasi tersebut, secara bergiliran murid-murid SD II dipindahkan secara sementara untuk mengikuti proses belajar mengajar di SD I (tempat saya bersekolah). Sistemnya, satu kelas diberikan sebuah sekat agar bisa dipakai untuk dua kelas. Tak terkecuali kelas 1 dong.

DI hari kedua penggabungan kedua SD tersebut, karena sudah merasa hapal dengan kelas, kakak saya pun membiarkan saya menuju kelas sendiri. 

Dan pagi itu, dengan penuh percaya diri saya menuju bangku yang posisinya sama seperti biasanya (dalam pikirannya begitu). Menyimpang buku tulis di laci meja dan duduk dengan manis pokoknya menunggu teman-teman lain datang. 

DI tengah keheningan tersebut, seorang murid laki-laki dari SD II yang sudah kelas 6 menyuruh saya pindah. Katanya bangku yangs aya tempati adalah tempat duduknya. Ya saya kenal murid tersebut karena masih tetangga juga.

Weeeh, enak saja…masak saya di usir dari kelas saya, pikir saya. Dengan gigih, saya melancarkan aksi ngeyel dan tidak mau beranjak dari bangku. Dibilangin kalau saya salah masuk kelas pun tak mempan. Hingga sekitar sepuluh menit kemudian, beberapa murid lain yang se SD sama murid tersebut juga masuk kelas. 

Saya pun mulai diserang panik, kok…yang masuk kelas semuanya bukan teman sekelas saya?
“ Masih gak percaya kalau kelasmu bukan di sini ya? Kelas 1 SD I, kelasmu itu ada di sebelah kanan, But…Ribut “! 
Saya diam, tak tahu harus berkata apa kecuali mengambil buku-buku sekolah dan . bergegas untuk pindah kelas. 

Untungnya si murid kelas 6 dari SD II tadi tidak membully dan tidak memperpanjang komentarnya. Mungkin kasian kali ya, bocah ingusan, mungil, dekil…atau juga gak enak sama kedua kakak saya, kan mereka berteman kalau diluar jam sekolah.

2 comments:

  1. Haha, sesuailah sama nama suka bikin ribut #eh

    ReplyDelete
  2. sepertinya aku kalem banget waktu SD. hehee ada ada saja ya,

    ReplyDelete

Berkomentar ataupun silent reader, tetap terima kasih telah singgah di Serat Pelangi. Tapi harap maklum jika komentar bersifat SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublish ya...So, be wise and friendly.