Cerita Mading Sekolah

Cerita tentang Majalah Dinding di sekolah? Sempat galau juga dengan tematik yang #OneDayOnePost ini. Tak banyak yang saya ingat tentang Mading di masa saya masih menjadi salah satu siswi imut-imut kala itu. Bismillahirrahmaanirrahiim, Kalau papan pengumuman sih ada, sejak SD sudah kenal dengan papan pengumuman. Saat SMA, salah fungsi hits papan pengumuman digunakan untuk nempelin hasil ulangan harian, khususnya Matematika.  

Adalah moment yang sangat dinantikan oleh para siswa/siswi yang suka dengan Matematika. Bayangin saja, hasil ulangan pararel 6 kelas di pajang di papan pengumuman yang bisa dibaca oleh semua siswa dari kelas 1 s/d  kelas 3? Bagi yang perolehan nilainya dalam peringkat top 10, tentu mendongkrak popularitas kan? Bahkan ketua OSIS saja kalah populer oleh nama murid yang berhasil memperoleh nilai Matematika tertinggi. 
Indahnya masa SMA

Hayyyooo...tebak saya yang mana?

Weiiitts, yang diminta cerita kan majalah dinding di sekolah ya? Kok saya malah asyik cerita tentang papan pengumuman?

Okelah, back to Mading Sekolah. Seingat saya, baru mmajalah dinding baru ada saat kelas 3 SMA. Harap dimaklumi ya? Pengelolaannya juga belum tertata dengan rapi, kontributornya juga masih sedikit yang berminat. Jadi kalau ada artikel atau karya tulis siswa yang nangkring di Mading di jamin bakal memiliki masa tayang cukup lama, yaitu sampai dengan ada tulisan baru yang diterima pengurus mading.

Dan entah apa yang saya pikirkan kala itu sehingga tidak mengambil kesempatan dalam kesempatan untuk sering-sering kirim tulisan. Padahal kan saya suka menulis, terutama puisi gaya abegeh SMA yang ababil. Wong saya masih nyimpan puisi jaman SMA dalam dalam sebuah buku khusus. Tapi memang tidak setiap hari saya menulis puisi, depend on moody.

Hanya ingat, pernah dua kali kirim tulisan untuk Mading SMA. Tulisan tangan di selembar kertas HVS, sebuah puisi yang sama sekali tidak romantis, lebih cenderung curhatan ababil gettu deh, seperti puisi yang saya beri judul AKU MASIH berikut ini:
Aku masih
Lembaran waktu yang telah terlampui
Dan akan tertapaki dalam hidup
Melecut anganan menembus cakrawala
Merangkak
Menggapai sesuatu yang ingin kugapai
Merengkuh yang belum kurengkuh
Citaku

Aku Masih
Di sana, di sini, dan kapan jua
Mencari
Melangkah dengan sisa usia yang tertinggal
Dari sekian yang telah tersiakan
Untuk merajut
Mengharap menjadi kenyataan nyata

Aku masih
Alam pengembaraan
Memacu hasratku berkobar gelora pasti
Meruntuhluluhkan dinding penghalang
Mengikis debu-debu rintangan
Memerangi nafsu

Aku masih
Nafas panjang menghunjam meneguh pijakan
Kisah Kasih Anak SMA
Rasanya sudah berabad-abad lampau menulis rapi begini.
 Sudah lupa, kapan terakhir kali menulis serapih ini?
Demikianlah salah satu puisi asal apalah-apalah yang saya buat saat masih SMA. Saat kuliah, Mading kampus sudah eksis. Dan saya lebih dominan jadi silent reader saja. Jika tidak salah ingat, tulisan yang ditampilkan lebih sering oleh Sie Rohis atau lebih dikenal dengan SKI.

Ah, bila saat ini saya masih anak sekolahan….dijamin bakalan lebih heboh meramaikan khasanah permadingan. Khayalan yang tak mungkin terjadi, karena waktu tak mungkin diputar kembali. 
Nikmati apa yang ada sekarang, karena sudah kenal media blog…ya mari ngeblog dengan sehat jasmani dan ruhani ya? 

1 comment:

  1. Saya sukaaa banget baca puisi2 di mading. Malah waktu teman sekelas jd pengurus mading sy pinjam arsip mading buat catat ulang puisi2nya. Rajin juga ya sy dulu. Hihihihi...

    ReplyDelete

Berkomentar ataupun silent reader, tetap terima kasih telah singgah di Serat Pelangi. Tapi harap maklum jika komentar bersifat SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublish ya...So, be wise and friendly.