Menjadi Pemenang Pada Masyarakat Ekonomi ASEAN atau AEC

Bisa memenangkan konsumen dalam negeri, sebenarnya sudah bisa dibilang memenangkan pasar MEA karena jumlah konsumen terbesar di kawasan ASEAN adalah Indonesia. 

Bismillahirrahmaanirrahiim, Bagi bangsa Indonesia MEA tak hanya sekedar perwujudan perdagangan di era global, tapi merupakan bagian penting dalam perekonomian karena menawarkan kesempatan untuk memperluas pasar bagi produk-produk industri nasional. Walaupun harus kita akui jika di sisi lain, pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA juga merupakan tantangan yang tidak mudah  mengingat penduduk Indonesia yang sangat besar, sehingga akan menjadi target pasar bagi produk-produk Negara ASEAN lainnya.

Sebagian masyarakat dilanda galau “mungkinkah produk lokal mampu bersaing?” Dengan resminya pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) atau MEA, maka secara otomatis sistem perdagangan pun mengikuti pola free flow atas barang, jasa, faktor produksi, SDM/tenaga kerja, investasi, modal, dan tanpa tarif bagi perdagangan antar negara anggota ASEAN.
Perdagangan bebas ASEAN
Baiklah, agar gelombang galau tidak menjadi transversal dan longitudinal, jauh lebih baik bila kita concern pada how to over come. Masih banyak sisi lain, potensi UKM yang bisa menjadi daya ungkit sekaligus “modal” untuk memperbaiki friksi kekuatiran di atas. 

Mari kita tengok salah satu potensi produk Nasional yang akrab dengan keseharian kita dan merupakan salahs atu kebutuhan pimer: PAKAIAN. Iyap, Industri garmen, pakaian, fashion dan yang ter-linkage, adalah segmen bisnis yang memiliki variable daya saing dan bisa existing dalam laga kompetisi di ajang MEA karena:
  1. Semua barang-barang yang diproduksi dari industri pakaian merupakan salah satu kebutuhan primer umat manusia.
  2. Trend fashion semakin semarak dan berwarna yang membangkitkan daya kreatifitas pada semua ragam bisnis fashion.
  3. Akan semakin banyak orang yang tertarik menekuni bisnis pakaian ini karena marketnya jelas [ada] dan luas. At least ada sekitar 250 juta penduduk Indonesia yang membutuhkan baju/pakaian.
  4. Bagi yang belum memiliki modal besar tapi punya semangat wirausaha, memulai bisnis pakaian ini terbilang murah/terjangkau. Bahkan hanya bermodalkan jarum jahit, benang dan kain perca sudah bisa memulai bisnis (aksesoris) pakaian. Dan kemudian bisa dikelola dengan sistem yang terorganisir. Kan banya peluang untuk mengembangkan usaha, misalnya melalui akses dana-dana CSR, bantuan dana bergulir, dsb.
Prospek, peluang dan potensi bisnis pakaian yang cukup menjanjikan, senyatanya bukan tanpa kendala.  Dengan mengenali dan mengiventarisir kendala, bukankah itu sebuah langkah awal untuk menuai keberhasilan?
Bagi para pelaku bisnis pakaian lokal untuk mampu bersaing diera global saat ini dan selanjutnya, harus concern pada Kualitas dan mampu mengikuti irama perkembangan trend fashion, juga perlu mewaspadai serbuan barang dari luar negeri yang tak bisa dinisbikan ketika pintu global market sudah dibuka saat peresmian MEA nanti.  Tidak ada pilihan lain, selain harus menghadapi pasar regional tersebut dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan daya saing  untuk  menghasilkan produk yang berkualitas dengan desain yang up to date

Trust konsumen sejatinya berbasis pada kualitas, jadi ketika suatu produk mampu membuktikan kualitasnya, tentu pada akhirnya akan menarik perhatian semua lapisan konsumen [pembeli] dari berbagai level. Dalam industri garmen daya dukung kultur, kekayaan alam, budaya dan keanekaragaman negeri yang berada pada garis khatulistiwa ini merupakan modal alamiah yang sangat potensial untuk dijadikan grand design dengan pola KREATIFITAS. 

Industri yang mengacu pada KREATIFITAS memiliki kesempatan untuk fight dan survive. Apalagi jika pelaku bisnis pakaian mampu mengelola usahanya dalam metode ONE STOP BUSINESS, yaitu membuat produk sendiri, merk sendiri dan memiliki toko sendiri.

Bagi para konsumen, termasuk saya, sangat perlu brain washing secara berkala dan kontinu untuk Bangga dengan produk dalam negeri. 

EPILOG: Di Era perdagangan global, khususnya MEA ini, cinta tanah air bisa kita ekspresikan (salah satunya) dengan semangat untuk BANGGA, siap BELA dan tak ragu BELI (gunakan) Produk nasional. 


9 comments:

  1. Nah nah, membeli produk sendiri ini yang seharusnya menjadi kekuatan negeri kita yang kebanyakan masyarakatnya berjiwa konsumtif ya mak, hehehehe.

    ReplyDelete
  2. Profesional dan bermoral memegang peran penting agar mampu bersaing lestari.
    Salam hangat dari Jombang

    ReplyDelete
  3. Semoga dengan semangat MEA ini para pelaku industri di tanah air makin kreatif dan kompetitif ya. Jadi tak hanya memenangkan hati konsumen di dalam negeri saja, namun bisa meluas ke pasar ASEAN.

    ReplyDelete
  4. Indonesia harus terdepan karena barang barang yang ada dindonesia itu memiliki kualitas paling TOP.

    ReplyDelete
  5. semoga pelaku bisnis Indonesia semakin inovatif dan kreatif

    ReplyDelete
  6. Tingkatkan kualitas produk negeri kita, akan menjadi peluang emas untuk jadi pemenang

    ReplyDelete
  7. berarti seharusnya kita pede aja menghadapi MEA ya, Mbak? Sambil menciptakan peluang dan meningkatkan kualitas :)

    ReplyDelete
  8. Harus meningkatkan kualitas diri sebagai tenaga kerja juga. Gempuran tenaga kerja luar negeri bakal memberondong! Huhuhu...

    ReplyDelete

Berkomentar ataupun silent reader, tetap terima kasih telah singgah di Serat Pelangi. Tapi harap maklum jika komentar bersifat SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublish ya...So, be wise and friendly.