TB Resistan Obat, Yakin Bisa Dicegah dan Disembuhkan

Pertama kali saya mengenal istilah RESISTAN OBAT ketika Bismillahirrahmaanirrahiim  divonis terkena Typhus saat duduk di bangku SMP. Hampir dua bulan saya diperlakukan ala militer oleh Ibu saya untuk mengkonsumsi obat-obatan yang didapat dari Pak Mantri. Saat itu, tenaga kesehatan yang familiar di desa memang masih bergelelar Pak Mantri dan Ibu Bidan. Keberadaan dokter masih langka, hanya satu orang dan itu pun hanya stand by di puskesmas pada hari-hari tertentu.  Dari hasil pemeriksaan Pak Mantri, saya dinyatakan terkena Typhus dan dikasih beberapa jenis pil yang HARUS saya minum habis. Mendengar pernyataan Pak Mantri tersebut, Ibu pun dengan patuh menerapkan: kapan waktunya minum obat, dosis untuk masing-masing obat seberapa banyak dan pil mana yang harus diminum sebelum atau sesudah makan. Beberapa hari kemudian, saya merasa sudah sehat dan mengajukan interupsi pada Ibu untuk berhenti minum obat. Lha sudah sehat kok tetap minum obat? Begitu pikir saya kala itu. Tapi Ibu tidak menggubris permintaan saya dan tetap mewajibkan untuk menghabiskan obat yang diberikan pak Mantri sampai habis. Nah, pada edisi kunjungan Pak Mantri berikutnya, Ibu menceritakan sikap saya yang tidak mau minum obat lagi.

Lha pengen waras apa gak tho Nduk cah ayu? Gak pengen cepet mlebu sekolah maneh tho, dolanan karo kancane…? ditanya seperti itu, saya pun manthuk-manthuk.
Jadi obatnya itu harus dihabiskan, biar tidak terjadi resistan obat nanti?”. Otomatis saya mlongo big O. Anak baru naik kelas 2 SMP satu bulan, dimasa pesawat TV masih merupakan barang tersier, baju sekolah saja jarang di setrika [karena ribet kalau setrika pakai setrika arang], tentu gak paham apa itu istilah Resistan Obat?!

Resistan Obat itu untuk sakit typhus juga ya Pak?”
Itu kondisi yang akan kamu alami manakala obat yang harusnya dihabiskan, tapi hanya diminum sebagian saja. Bakteri atau virus penyebab penyakitmu akan bertambah sakti sehingga jika kamu sakit lagi akan dibutuhkan obat dengan dosis lebih tinggi dan waktu penyembuhan yang lebih lama. Nah, apakah kamu mau jika terjadi seperti itu?” Dari penjelasan Pak Mantri kesehatan kala itu, satu poin yang saya resapkan di hati dan pikiran: kalau kita sakit, harus patuh dan tidak boleh bawel untuk menghabiskan obat dari dokter. Sejujurnya saat itu logika saya masih mengalami kebingungan dengan penjelasan medis yang dituturkan pak Mantri.

Berdasarkan Sekilas review pengalaman saya saat terkena sakit Typhus, ada benang merah yang bisa saya kaitkan dengan Lomba blog #SembuhkanTB tema serial keempat: TB Resistan Obat, tentang bagaimana pengobatan dan cara mencegah terjadinya TB Resistan Obat, yakni mengenai salah satu jenis obat golongan ANTIBIOTIK yang harus diminum habis dengan patuh dan disiplin. Dari tema tersebut, maka saya menerjemahkan dalam dua point utama: Cara Mencegah dan Cara Menyembuhkan TB Resistan Obat

Hal pertama yang harus disebarkan adalah pemahaman mengenai TB Resistan Obat, bagaimana bisa terjadi dan apa resiko fatalnyanya jika sampai terjadi TB Resistan Obat tersebut. Pemahaman definisi ini mutlak diperlukan untuk diketahui semua orang sebagai pondasi dasar untuk membangun kesadaran [awarennes] mengenali penyakit Tuberkulosis  secara lebih menyeluruh untuk membentuk sikap pro active  [awake] terhadap penyakit TB Resistan Obat.
Resistan obat merupakan kekebalan yang terjadi bakteri, virus dan parasit lainnya, yang terjadi secara bertahap ketika penyebab-penyebab penyakit menular tersebut kehilangan kepekaan terhadap obat yang pada dosis sebelumnya bisa membunuh mereka. Pada saat dosis obat lebih banyak yang digunakan ketika penyakit yang sama muncul kembali, resistensi obat meningkat yang disebabkan oleh penggunaan obat sebelumnya [antibiotik] tidak tepat atau dosis obat tidak dihabiskan
Dan TB Resistan Obat merupakan salah satu kontributor kenapa Indonesia secara memprihatinkan tercatat sebagai negara penyumbang kasus TBC nomor empat di dunia setelah India, china dan Afrika selatan.  Bahkan  hingga saat ini penyakit TB masih menjadi penyebab kematian nomor dua di dunia setelah stroke, dan untuk Indonesia bagian timur saat ini sudah menjadi nomor satu.

Populasi TB Resistan obat patut diwaspadai mengingat masih banyaknya para penderita TBC yang menganggap penyakitnya tidak lebih serius dari batuk biasa, sehingga manakala proses pengobatan yang baru berjalan beberapa waktu sudah  menunjukkan hasil yang progresif, maka si penderita TBC dengan percaya diri mengklaim penyakitnya sudah sembuh dan tidak perlu lagi melanjutkan proses pengobatan hingga jangka waktu enam bulan selesai. Hasilnya TB Resistan Obat pun bertambah jumlahnya. Jika terjadi kasus demikian, apakah kita harus menyerah dan membiarkannya begitu saja? Mengutip semangat para pahlawan, bahwa perjuangan tidak akan berakhir selama hayat masih dikandung badan, maka meskipun penderita TB [yang tidak patuh menjalani perawatannya hingga statusnya naik menjadi TB Resistan Obat], hal pertama yang perlu kita pedomani adalah TB RESISTAN OBAT, YAKIN BISA DICEGAH DAN DISEMBUHKAN.

Lantas, bagaimana pengobatan dan cara mencegah terjadinya TB Resistan Obat?
Dari pertanyaan tersebut, saya menerjemahkan dalam dua point utama: Cara Mencegah TB Resisten Obat dan bagaimana Cara mengobati penderita TB Resistan Obat.

Yang Pertama, Cara Mencegah TB Resistan Obat  atau preventive action yang berarti upaya - upaya yang dilakukan dalam rangka meminimalkan trigger terjadinya TB Resistan Obat dan TB MDR. Untuk melakukan tindakan pencegahan/preventive action, yakni upaya-upaya yang bisa mencegah sehingga orang tidak menderita TB  Resistan Obat, yang artinya kita harus mengetahui dan paham faktor-faktor yang berpotensi jadi penyebab [Potential hazard] TB Resistan Obat ini.  Berdasarkan faktor-faktor yang umumnya menyebabkan dan memicu TB Resistant Obat umunya terjadi karena pemberian obat yang tidak tepat yaitu pasien tidak menyelesaikan pengobatan yang diberikan, petugas kesehatan memberikan pengobatan yang tidak tepat, baik paduan, dosis, lama pengobatan dan kualitas obat, maka sasaran untuk tindakan pencegahan terjadinya TB Resistan Obat dapat diklasifikasikan dalam dua kriteria, yaitu:
1. Terhadap penderita TB itu sendiri.
Pasien yang menidap TBC memiliki potensi untuk terdampak resiko menjadi penderita TB Resistan Obat ketika tidak menelan obat TB secara teratur atau seperti yang disarankan oleh petugas kesehatan dan atau orang yang Sakit TB berulang serta mempunyai riwayat mendapatkan pengobatan TB sebelumnya.
Yang bisa dilakukan untuk golongan ini adalah:

  • Yang pertama dan utama pilih orang sebagai pendamping yang memiliki kriteria dapat memberikan sugesti positif terhadap pasien untuk sembuh karena sugesti merupakan obat psikologis yang akan memotivasi seseorang untuk membrikan respon cooperative dalam masa pengobatannya yang membutuhkan waktu tidak singkat.
  • Pastinya adanya pendampingan pasien yang pro aktif dan persuasif untuk mengkondisikan agar mereka mengonsumsi semua obat yang diresepkan dengan patuh dan disiplin sesuai dosis obat dan jadwal yang telah di arrangement oleh petugas kesehatan.
  • Langkah berikutnya, untuk memperkuat langkah pertama maka dibutuhkan penumbuhan kesadaran dan kemauan untuk menjalani pengobatan secara total dan sampai dinyatakan sembuh dan bebas dari cemaran bakteri Tuberkulosis, yaitu dengan cara menginformasikan dan memberikan gambaran riil secara intensive bahaya TB MDR bagi pasien TB tentang bahaya yang bisa muncul jika pengobatan TB tidak dijalani sesuai resep yang diberikan, atau bersikap abai terhadap aturan yang telah diberikan oleh dokter/petugas kesehatan karena bilamana sedikit atau sekali saja aturan pengobatan TB dilanggar maka bahaya yang penyakit yang lebih serius bisa terjadi yaitu bisa mengalami TB Resistan Obat yang lebih sulit penyembuhannya.
  • Sangat perlu untuk diinformasikan sejak awal kepada pasien TB agar mereka aware dan awake untuk menjalani pengobatan secara paripurna, yaitu ketika TB meningkat keparahannya menjadi TB Resistan Obat, maka pilihan pengobatan lebih terbatas ketersediaan obatnya dan bisa jadi beberapa jenis obat harus swadana untuk memperolehnya secara cepat dan  situasi ini sangat riskan/membahayakan nyawa. 
  • Walaupun obat TB gratis akan tetapi dari segi aspek non finansial bagi Penderita TB yang jadi resistan Obat sangatlah multi komplek kerugiannya, yaitu: membutuhkan waktu yang lebih lama, jenis jumlah obat yang harus dikonsumsi lebih banyak, ketersediaan pengobatan TB di lini kedua dan selanjutnya belum tentu mudah untuk diperoleh, keleluasaan berinteraksi di lingkungan sosial terbatas, kebersamaan dengan keluarga berkurang, kesempatan untuk mengembangkan karir harus dilepaskan begitu saja dan banyak golden moment yang terpaksa dilewatkan karena harus membatasi ruang gerak dan mobilitas agar tidak menularkan bakteri tuberkulosis pada komunitas yang lebih luas. 

2. Terhadap orang-orang yang tidak menderita TBC tapi memiliki kemungkinan besar tertular TB karena domisilinya yang berasal dari wilayah yang mempunyai beban TB Resistan obat yang tinggi dan atau orang-orang yang memiliki kontak erat dengan seseorang yang sakit TB Resistan Obat. Untuk kelompok ini, usaha-usaha yang bisa dilakukan sebagai langkah preventive antara lain:

  • Membumikan Imunisasi BCG pada bayi yang  mencegah TBC berat pada anak-anak yaitu melindungi untuk waktu 15 tahun. Akan tetapi tetapi vaksinasi BCG ini tidak banyak membantu bagi remaja dan orang dewasa. 
  • Dengan mengusahakan berada dan atau memperbaiki kondisi ventilasi  udara di tempat tinggal masing-masing agar sistem sirkulasi menjadi lancar karena seperti diketahui penyebaran dan penularan Bakteri TB akan sangat kondusif manakala dalam ruangan yang ventilasinya tidak  baik, cahaya dalam ruangan yang tidak memadai dan udaranya cenderung pengap atau lembap.
  • Bagi orang-orang yang memiliki kontak aktif dengan seseorang yang sakit TB, maka setiap kali berinteraksi sangat penting untuk menggunakan masker dissposible, membiasakan cuci tangan sesering mungkin dan selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
  • Pola hidup sehat yang meliputi pola makan empat sehat lima sempurna dan olah raga yang rutin benar-benar harus dijalankan secara lebih disiplin, juga konsumsi multivitamin karena kunci utama untuk membentengi diri dari terkontaminasi bakteri TB adalah kondisi kesehatan yang prima. 

Yang Kedua, Cara mengobati penderita TB Resistan Obat yaitu manakala pengobatan lini pertama terhadap penderita TB yang telah diresepkan atau bahkan di pengobatan lini kedua, tidak dilaksanakan sesuai petunjuk dan dosis tertentu yang telah diresepkan sehingga mengakibatkan Penderita TB berubah statusnya menjadi TB Resistan Obat dan atau TB MDR, maka berikut ini beberapa upaya pengobatan yang bisa dilakukan antara lain:

  • Diagnosis laboratorium secara menyeluruh sebagai langkah awal untuk mendeteksi sesorang terdampak TB resistan obat Tb. Deteksi awal TB MDR ini dan memulai lebih cepat terapi merupakan faktor penting untuk mencapai keberhasilan pengobatan TB pada lini kedua dan atau selanjutnya.
  • Ketika seseorang diketahui positif terkena TB resistan obat, maka yakinkan bahwa penyakitnya masih bisa disembuhkan. Hal ini mutlak diperlu dilakukan demi menjaga mental dan psikologis pasien agar tidak drop dan punya motivasi untuk mematuhi semua aturan dan petunjuk yang diberikan selama menjalani pengobatan. minum obat. 
  • Pendamping pasien harus memiliki spirit yang berlipat ganda dan stamina yang tinggi karena mendampingi pasien TB Resistan Obat tentu memiliki tingkat kesulitan lebih kompleks. Di samping, sang pendamping harus siap setiap saat untuk memastikan semua obat dan terapi telah dijalani oleh si pasien dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi dokter dan tenaga kesehatan yang menanganinya.
  • Mengurangi kontak langsung dengan banyak orang, agar lebih fokus dalam menjalani terapi dan sekaligus meminimalkan penularan penyakit Tbnya pada orang lain.
  • Diupayakan untuk bisa mengakses udara segar dan berjemur di pagi hari secara rutin.
  • Perbaiki pola hidup menuju ke gaya hidup sehat: berhenti merokok, pola makan 4 sehat lima sempurna dan meningkatkan aktifitas fisik semacam olah raga secara bertahap sesuai kondisi tubuh. 

EPILOG
Hingga saat ini Tuberkulosis masih menjadi maslah kesehatan di dunia yang sangat mengkhatirkan. Khusus untuk Indonesia, penyakit TB ini masih sangat menjadi isu penyakit yang memiliki rangking runner up setelah stroke yang mneyebabkan kematian.  Masih krusialnya penyakit TB ini diperparah dengan timbulnya masalah baru yaitu TB Resistan Obat  akibat  ketidakpatuhan menjalani pengobatan TB pada fase sebelumnya dan atau pengobatan  yang dilakukan tidak sesuai dengan standar pengobatan untuk penyakit TB yang seharusnya sehingga menimbulkan dampak lanjutan baik  berupa resistensi primer dan resistensi sekunder. Deteksi awal TB Resistan Obat dan memulai terapi sedini mungkin dengan tingkat kedisiplinan yang lebih solid adalah faktor penting untuk sembuh dari TB Resistan secara paripurna.


4 comments:

Berkomentar ataupun silent reader, tetap terima kasih telah singgah di Serat Pelangi. Tapi harap maklum jika komentar bersifat SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublish ya...So, be wise and friendly.